“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .
Selasa, 17 September 2013
Jumat, 02 Agustus 2013
Sahabat
Ahhh…
Malam ini semakin dingin…
Tubuhku berteriak kedinginan
Tanda malam sukses menunaikan kewajibanya
Malam ini aku belum melihat…
Melihat… akan kedatangan sosok sahabat.
Sahabat malaikat yang
membawakan pena
Pena yang membawa goresan perubahan
Dari kepalsuan yang aku dapatkan
Kali ini, Bukan
malaikat yang bersayap
Tapi…
malaikat yang bertanduk
Kejam, keji, dan seram…
Kekejamanya akan memotong, merobek perutnya yang buncit…
Kekejianya akan membakar, lalu menghisap otaknya yang penuh
ambisi
Dan wajahnya yang seram
akan menghantui tidurnya yang lelab, kekenyangan
Yah…h…h… indah sekali…
Jika…malaikat itu tuntas melaksanakan do’aku…
Akan kuberi sebatang rokok…
Kuhisap berdua…
Dan saling tukar rencana, cita-cita, dan harapan…
Rokok itu akan kujadikan tanda persahabatan untuk membakar
gubuk dan menyulapnya….
Abra…kadabra…jadi gedung
yah…h…h… asyik sekali…
senang rasanya…
Aku yakin, ambisiku ini akan sukses…
Sukses sekali…
Setelah itu…aku akan melayangkan proposal ke tuhan…
Akan kubangun surga di tanah yang subur ini…
Dan berjalan melewati hari penuh dengan kebahagiaan
hari-hari yang indah sekedar ucapan itu akan sirnah.
teriakan yang meradang itu semakin hilang berlahang
ahh…h…h…
akankah aku berjalan menuju langit
padahal dilangit tidak ada apa-apa, tidak ditemukan apa-apa
kecuali kekosongan yang nihil.
Oh…h…h…sahabatku…
Entah kapan engkau datang…
Bulukumba, 30 Juli 2013
Raja Titipan
Malam ini aku belum melihatnya
Munkin lari dari tangisan malam
Lari dari sikir bintang-bintang
Bersembinyi dalam selimut kegelapan
Oh Negeri seribu harapan
Negeri akan surga harapan
Tergulung ombak keputus asaan
Akan raja-raja titipan
Tidakkah engkau mendengar
Nyayian jalanan itu.
Nyayian akan nada-nada sumbang penuh pengharapan
yang hancur tersapu gelombang keputus asaan.
Anggur-anggur dari perut tanah kelahiranya,
Engka hisap
Terbakar, Melayang,
Dari gigi-gigi mesin peradaban
Hancur menguap diperut monster besi, dan justru
nyawa-nyawa negerimu mengantri
Langit menangis
Bumi tertawa
Rumput bergoyang
Ombak menari
Alasan kemajuan, justru kemunduran
Alasan kedikjayaan justru kemalaratan
Alasan perubahan justru kehancuran
Alasan kebahagiaa justru tetesan air mata
Oh. Raja-raja titipan
Liatlah pohon yang kau tanam dengan kecerdasanmu
Berbuahkan penderitaan
Dinegeri
cerminan surga
Oh raja-raja titipan
Tidakkah nuranimu bersikir
Akan buah kecerdasanmu
Atau, nuranimu berpesta pora diatas
tulang-tulangnya
Ataukah ….. Nuranimu berpikir
mereka setidaknya memiliki sebatang racung
yang dihisap nikmat
Yang siap membunuh bilik-bilik kehudupannya.
*Bulukumba, 17 Juli
2013*
Jokowo
Senyum ikhlas, budi luhur, Tingkah gesit, gerak
cekatan
Pribadi sederhana, merakyat
tokoh bagai jarum ditumpukan jerami
dinegeri samudera harapan.
Rindu rasanya memeluk gunung
Yang penuh akan sumber inspirasi
Hati siapa
Yang tak merindukanya
Oh jokowi….
Rindu rasanya engkau
Berenang di air mata, melawan ombak penderitaan
Di tanah panrita lopi.
*Bulukumba, 17 Juli
2013*
Indah Pada Masanya
Sumi…sumi…
Kini engkau tertidur
Tertidur di etalase kaca
Penuh senyum indah, pada masanya…
Tubuhmu yang gesit
Gerakmu yang lincah
Matamu yang meronah
Membuatku terhanyut dalam kobaran api
Sumi…sumi
Kini engkau jadi seonggok daging
Daging yang pucat
Penuh tanda Tanya…
Kini… cinta yang engaku ciptakan
Dalam kesunyian gelap
Dalam ruang kosong, berdebuh
Telah tumbuh dewasa dalam harapan tak bertuang
Sumi…sumi
Kini engkau melihat kodratmu
Kodrat… seorang manusia
Dimana setelah siang pasti ada malam
Sumi…sumi
beruntunglah engkau
kini… engkau dapat tempat terbaik
dan aku curiga akanya
dalam tidurmu yang penuh tanda Tanya
akankah engkau tersenyum bahagia atau sedih
sedih meninggalkanku, atau
bahagia melepaskan cintaku
sumi… sumi
bersabarlah… kini engkau tinggal menunggu waktu
hingga tubuhmu menyatu bumi
melepas senyummu nan abadi…
( Bulukumba, 3 juli 2013 )
Daun Jatuh
Bangunlah… bangunlah sahabatku
Sahabat senasibku,
Lihatlah… lihatlah sahabatku
Dunia ini bosan engkau hinggapi
Daun jatuh…
Jatu satu demi Satu, Meninggalkan cinta ibunya
Ia tidak bersedih sahabatku.
Ia tidak bersedih… kerena Ia sadar akan kodratnya.
Ia melambai-lambai, memejamkan stomatanya
Yang selama ini memberikanmu kehidupan
Kini… ia jatuh. Melayang, terombang-ambing
Dalam pelukan semilir angin
Perhatikan sahabatku. perhatikan…
Lambaianya ikhlas
Wajahnya berseri-seri
Hari-hari nan indah ia lalui
Menari bersama ribuan sodaranya
Bercanda tawa
Membagikan kebahagiaan dalam kehidupanmu
Ia berpesan…
Kelak… engkau senasib denganya
Akan menghilang… hilang.
Tanpa bekas, meninggalkan kesuburan
Untuk anak cucumu.
( Bulukumba, 30 juli
2013 )
Kisah Seekor Anak Singa
Di
majalah Bara’imul Iman yang saya pegang itu saya menemukan sebuah kisah yang
sangat bergizi dan memotivasi. Sebuah kisah fabel yang sangat menggugah dan
inspiratif judulnya Kisah Seekor Anak Singa.
Alkisah,
di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan
anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa
waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu
menggerak- gerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya.
Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan
terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu. Sang induk
kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan
dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, sibayi singa tidak
mau berpisah dengan sang induk kambing.
Ia
terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari
keluarga besar rombongan kambing itu. Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh
dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia
menyusu, makan, minum, bermain bersama anakanak kambing lainnya. Tingkah
lakunya juga layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar
itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik bukan mengaum! la
merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing- kambing lainnya.
Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa. Suatu
hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing
untuk dimangsa. Kambingkambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang
juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
”Kamu
singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan
serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang
sudah tampak besar dan kekar.
Tapi
anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing itu justru
ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak
sekeraskerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama
seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat
apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya
diterkam dan dibawa lari serigala.
Induk
kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak
singa dengan perasaan nanar dan marah, ”Seharusnya kamu bisa membela kami!
Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala
yang jahat itu!”
Anak
singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk
kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing
lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apaapa.
Hari
berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing
untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh
serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak
kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram
serigala. Dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget
bukan kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya.
Serigala
itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah
akhir hidupnya! Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak
keras,
”Emmbiiik!”
Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang untuk menyeruduk lagi. Melihat
tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa
yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya
dengan kambing.
Seketika
itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh
singa itu! Atau singa bermental kambing itu!
Saat
anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang
serigala telah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit,
serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab
dan mengaduh, seperti kambing mengaduh.
Sementara
induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa.
Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala.
Bukankah singa adalah raja hutan?
Tanpa
memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh
itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis
itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala.
Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan
pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat!
Semua
kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat.
Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak
menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu
ada seekor anak singa. Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari.
Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa
anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan
berkata,
”Hai
kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing!
Aku
tak akan memangsa anak singa!” Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa
dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah
mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu
ketakutan,
”Jangan
bunuh aku, ammpuun!”
”Kau
anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa!” Dengan
meronta-ronta anak singa itu berkata,
“Tidak
aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!” Anak singa itu meronta dan berteriak
keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang
singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara
kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke
danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di
danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya
sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa. Begitu melihat bayangan
dirinya, anak singa itu terkejut,
“Oh,
rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”
”Ya,
karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa.
”Jadi
aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
”Ya
kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh
isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa
dewasa. Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum
dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya
mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu
lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu. Anak singa
itu kembali berteriak penuh kemenangan,
“Aku
adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”Singa dewasa tersenyum
bahagia mendengarnya.
Saya
tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan jangan kondisi kita, dan
sebagian besar orang di sekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian
lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya.
Betapa
banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasa- biasa saja, ala
kadarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup
dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup
tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang
dimilikinya. Saya amati orang-orang di sekitar saya.
Di
antara mereka ada yang telah menemukan jati dirinya. Hidup dinamis dan prestatif.
Sangat faham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia harus hidup. Hari demi hari ia
lalui dengan penuh semangat dan optimis. Detik demi detik yang dilaluinya
adalah kumpulan prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan menghadap
semakin besar pula semangatnya untuk menaklukkannya.
Namun
tidak sedikit yang hidup apa adanya. Mereka hidup apa adanya karena tidak
memiliki arah yang jelas. Tidak faham untuk apa dia hidup, dan bagaimana ia
harus hidup. Saya sering mendengar orang-orang yang ketika ditanya,
“Bagaimana
Anda menjalani hidup Anda?” atau “Apa prinsip hidup Anda?”, mereka menjawab
dengan jawaban yang filosofis,
”Saya
menjalani hidup ini mengalir bagaikan air. Santai saja.” Tapi sayangnya mereka
tidak benar-benar tahu filosofi ’mengalir bagaikan air’. Mereka memahami hidup
mengalir bagaikan air itu ya hidup santai. Sebenarnya jawaban itu mencerminkan
bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengisi hidup ini. Bagaimana cara hidup yang
berkualitas. Sebab mereka tidak tahu siapa sebenarnya diri mereka? Potensi terbaik
apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada mereka. Bisa jadi mereka
sebenarnya adalah ’seekor singa’ tapi tidak tahu kalau dirinya ’seekor singa .
Mereka
menganggap dirinya adalah ’seekor kambing sebab selama ini hidup dalam kawanan
kambing. Filosofi menjalani hidup mengalir bagaikan air yang dimaknai dengan
hidup santai saja, atau hidup apa adanya bisa dibilang prototipe, gaya hidup
sebagian besar penduduk negeri ini. Bahkan bisa jadi itu adalah gaya hidup
sebagian besar masyarakat dunia Islam saat ini.
( Ketika Cinta Bertasbih -2, Habiburrahman El Zhirazy )
Senin, 08 Juli 2013
Makna Pasang Ri Kajang
Pasang Ri Kajang adalah ungkapan bahasa konjo, semacam bahasa daerah yang cenderung diidentifikasikan sebagai bahasa Proto-Makassar dan bahasa ini dipakai sebagai alat komunikasi oleh penduduk kecamatan Kajang dan sekitarnya. Ungkapan itu sendiri terdiri dari tiga kata, masing-masing "Pasang", "Ri", dan "Kajang". Tiga kata ini mempunyai arti tersendiri.
Pasang secara harfiah berarti pesan-pesan, wasiat, atau amanat. Dengan demikian ungkapan tersebut dapat pula berarti Message, seperti di kenal dalam bahasa inggris, dan searti pula dengan istilah Risalah yang dikenal dalam bahasa Arab. Sebab ungkapan tersebut Messege dan Risalah masing-masing berarti Pesanan, warta, amanat, atau wasiat.
Kata "Ri" itu sendiri merupakan kata perangkai yang menunjukkan tempat, artinya "Di", Sedang kata kajang adalah nama sebuah kecamatan, seperti yang telah diterangkan terdahulu. Jadi secara harfiah, ungkapan Pasang Ri Kajang Berarti pesan-pesan di kajang.
Sumber: DR. Mas Alim Katu. 2008. Kearifan Manusia Kajang. Pustaka Refleksi. Makassar.
Rabu, 19 Juni 2013
Tujuh Ambulance Baru untuk Tujuh Puskesmas
AMBULANCE BARU. Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan
memperhatikan bagian dalam salah satu mobil ambulance baru yang diserahkan
secara simbolis kepada tujuh Puskesmas di Bulukumba.
(Foto: Humas Pemkab
Bulukumba)
Tujuh Ambulance Baru untuk Tujuh Puskesmas
Tujuh Puskesmas yang tersebar pada tujuh kecamatan di Kabupaten Bulukumba
masing-masing mendapatkan bantuan satu unit mobil ambulance. Ke-7 Puskesmas
tersebut yaitu Puskesmas Bontobaharsi, Puskesmas Herlang, Puskesmas Bontotiro,
Puskesmas Tanete, Puskesmas Caile, Puskesmas Borong Rappoa, dan Puskesmas
Bontobangun.
Penyerahan mobil ambulance dilakukan secara simbolis dari Bupati Bulukumba
Zainuddin Hasan kepada Kepala Puskesmas Caile, Dokter H Abdul Rajab, di Kantor
Dinas Kesehatan Bulukumba, Rabu, 4 Januari 2011.
Total harga ke-7 mobil ambulance baru itu kurang lebih Rp 2 miliar yang diambil
dari APBD Bulukumba tahun anggaran 2011.
Pemberian ambulance yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang lengkap dan
canggih ini, kata Zainuddin Hasan, diharapkan dapat digunakan oleh petugas
kesehatan untuk kepentingan pemberian pelayanan kesehatan secara maksimal
kepada masyarakat.
“Saya berharap ambulance ini digunakan demi kepentingan masyarakat. Tidak boleh
digunakan untuk kepentingan pribadi tanpa alasan yang jelas. Kalau digunakan
tidak sesuai fungsinya, saya akan tindaki, kalau perlu saya minta tidak usah
dipakai untuk urusan pribadi, gunakan saja untuk melayani masyarakat,”
tegasnya.
Zainuddin juga berharap mobil ambulance tersebut dijaga dan dipelihara dengan
baik. (win/r)
( Sumber : http://kabupatenbulukumba.blogspot.com )
Dinkes Bulukumba Gandeng USAID
Tahun 2012 ini, Dinas Kesehatan Bulukumba membangun
kemitraan dengan United State Agency International Development (USAID) untuk
membantu meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Tahun 2012
ini, sudah terdapat dua kasus kematian ibu dan anak yang baru lahir. (int)
Dinkes Bulukumba Gandeng USAID
- Tekan Angka Mortalitas Ibu
Harian Fajar, Makassar
Senin, 15 Oktober 2012
http://www.fajar.co.id/read-20121014185017-diskes-bulukumba-gandeng-usaid
BULUKUMBA, FAJAR -- Pemerintah Kabupaten Bulukumba bertekad menekan angka
kematian (mortalitas) ibu dan anak di daerahnya. Tahun 2012 ini, Dinas
Kesehatan Bulukumba membangun kemitraan dengan United State Agency
International Development (USAID) untuk membantu meningkatkan kelangsungan
hidup ibu dan bayi baru lahir.
Data dari Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Bulukumba, tahun ini sudah
terdapat dua kasus kematian ibu dan anak yang baru lahir. Jumlah ini sebenarnya
sudah menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai sembilan kasus kematian ibu
dan anak.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, drg Dian Wellyati Kabier
mengatakan, rencana untuk menggandeng USAID sudah mulai dilakukan pekan ini. Menurutnya,
dengan bekerja sama USAID, diharapkan angka kematian ibu dan anak di Bulukumba
menjadi nol kasus.
Dia mengatakan, USAID menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan dalam bentuk
program Keselamatan Ibu dan Anak (KIA). Kerja sama ini dilakukan dalam bentuk
multi stake holder.
Selain instansi pemerintah, kata dia, program ini juga akan melibatkan tokoh
masyrakat dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya. Kerja sama ini
dilakukan dengan pendekatan pendidikan bagi ibu-ibu yang sementara mengandung.
"Kita harapkan dengan kerja sama ini angka kematian ibu dan bayi menjadi
nol kasus tahun depan," jelas dia.
Kerja sama dengan USAID ini, kata dia, dilakukan dalam tiga program. Di
antaranya adalah air susu ibu (ASI) eksklusif, menyusui dini, dan persalinan
aman.
Dia menambahkan, selama ini Bulukumba telah melakukan sejumlah program untuk
menekan angka kematian ibu dan anak. Salah satunya adalah kegiatan kelas ibu
hamil. Saat ini sudah terdapat 36 kelas ibu hamil yang tersebar di sejumlah
kecamatan yang ada di Bulukumba.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Diskes Bulukumba, Wahyuni
mengatakan, kelas ibu hamil memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu yang hamil.
Dengan begitu, tingkat kesadaran ibu hamil akan ancaman kematian bisa semakin
meningkat.
Awalnya, kelas ibu hamil dilakukan oleh masyarakat dengan swadaya murni. Kelas
ini dibuat atas kerja sama antara bidan desa dengan masyarakat sekitar.
"Setidaknya, ibu hamil bisa paham mengenai proses persalinan,"
jelasnya. (eka/min)
( Sumber : http://kabupatenbulukumba.blogspot.com )
105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi
WAKIL Bupati Bulukumba, Syamsuddin, membuka acara
Sosialisasi Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV-AIDS Tingkat
Pelajar se-Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kelompok Relawan
Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia kerjasama dengan KPA Bulukumba, di Aula
Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012.
(Foto: Humas Pemkab
Bulukumba)
105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi
Jumlah penderita HIV-AIDS di Kabupaten Bulukumba tergolong tinggi. Data yang
dikumpulkan sejak 2008 hingga Juni 2012, sudah tercatat sebanyak 105 warga
"Butta Panrita Lopi" yang terdeteksi menderita penyakit HIV-AIDS.
Dari 105 penderita tersebut, tiga di antaranya sudah meninggal dunia, tiga
penderita waria, dan dua pendeita masih bayi. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa penyebab penularan umumnya dari narkoba, jarum suntik, dan hubungan
seksual.
Data tersebut terungkap dalam Sosialisasi Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan
Penularan HIV-AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh
Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia kerjasama dengan
KPA Bulukumba, di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober
2012.
Sekretaris Komisi Penanganan AIDS, Fahmi, juga pernah mengungkapkan data
tersebut saat berbicara pada Seminar Penanggulangan HIV-AIDS, yang
diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), di Aula Kantor
Dinas Kesehatan Bulukumba, Juli 2012.
Berbicara di hadapan puluhan guru dan kepala sekolah SMP dan SMA se-Kabupaten
Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012, narasumber dari KRA-AIDS Indonesia Zulkifli
Amin, mengungkapkan bahwa Bulukumba sekarang berada pada peringkat ke delapan
jumlah penderita HIV-AIDS dari 24 kota dan kabupaten di Sulawesi Selatan.
“Syukurlah Bulukumba sekarang pada posisi peringkat ke delapan dimana
sebelumnya berada pada peringkat ketiga se Sulawesi Selatan” ujarnya
Menurut Zulkifli, salah satu upaya penggulangan bahaya HIV AIDS adalah
mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh penderita itu sendiri. Ketika
mereka sudah teridentifikasi dan terindikasi kena HIV maka semua pihak harus
melakukan antisipasi agar penderita tersebut mendapatkan perawatan, sehingga
juga dapat mencegah terjadinya penularan.
Secara pribadi, Zulkifli mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan
oleh KPA Bulukumba, karena ada kemajuan dalam pencegahan penularan HIV-AIDS di
Bulukumba.
"Dalam gerakan pencegahan dan penanggulangan narkoba ini, Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) sangat penting, tinggal bagaimana mengembangkannya
sesuai dengan kondisi lingkungan kita berada atau muatan lokal," tuturnya.
Dirinya sepakat dengan peserta yang mengusulkan agar setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh sekolah-sekolah seperti perkemahan, sedapat mungkin memiliki
materi seputar narkoba, baik melalui lomba cerdas cermat, maupun lomba pidato.
Wakil Bupati Bulukumba yang juga adalah Ketua KPA Bulukumba, Syamsuddin, saat
membuka acara sosialisasi tersebut, mengajak semua pihak untuk berkomitmen dan
bertindak-nyata dalam upaya menyelamatkan para generasi muda.
"Narkoba tidak hanya merusak kesehatan, namun juga akan merusak mental
para anak-anak muda. Orang yang terlibat narkoba, apalagi sudah terkena
HIV-AIDS, adalah orang yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Apa yang bisa
diharapkan dari generasi muda seperti itu untuk dapat melanjutkan estafet
pembangunan," paparnya.
Dalam upaya penyuluhan narkoba di kalangan pelajar, Syamsuddin mengharapkan
disesuikan dengan kondisi tumbuh-kembang anak-anak atau disesuaikan dengan
perkembangan zaman.
"Orang tua atau para guru tidak mesti melakukan dengan cara ceramah saja,
namun bisa melalui kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh para remaja, seperti
lomba menyanyi atau lomba grup band antar pelajar. Pada kegiatan seperti itulah
dimasukkan kampanye-kampanye anti narkoba. Namun yang tidak kalah pentingnya
adalah melakukan pembinaan terus menerus oleh orang tua kepada anak-anaknya,
tidak boleh tanggung jawab pembinaan itu dilimpahkna sepenuhkan kepada guru di
sekolahnya," urai Syamsuddin.
Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV AIDS Tingkat Pelajar
se-Sulawesi Selatan, diterbitkan oleh Biro Nafza dan HIV-AIDS Sekretariat
Provinsi Sulawesi Selatan. Buku itu merupakan panduan yang menjadi
referensi bagi pihak sekolah dalam upaya melakukan penyuluhan atau advokasi
pencegahan terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
(asnawin)
( Sumber : http://kabupatenbulukumba.blogspot.com )
BBM, Miras, Kafe, Narkoba, Petasan, dan Balapan Liar di Bulukumba
Selain mengantisipasi berbagai kemungkinan dampak yang
terjadi setelah harga BBM dinaikkan, Pemkab Bulukumba bersama unsur-unsur
terkait, sudah membahas berbagai langkah antisipasi menghadapi bulan suci
Ramadhan, terutama pengawasan terhadap peredaran miras, kafe, narkoba, petasan,
serta balapan liar di Bulukumba. (Foto: Asnawin
==============
BBM, Miras, Kafe, Narkoba, Petasan, dan Balapan Liar di
Bulukumba
Kabupaten Bulukumba, 5 Juni 2013.
Bahan bakar minyak (BBM) kini tengah ramai dibicarakan,
karena pemerintah berencana menaikkan harganya. Tentu saja akan banyak dampak
yang timbul, terutama aksi penolakan yang dipelopori mahasiswa dan naiknya
harga-harga berbagai jenis barang.
Sehubungan dengan itu, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah perlu melakukan beberapa langkah antisipasi, termasuk mengantisipasi
berbagai hal dalam memasuki hal-hal bulan suci Ramadhan Juli mendatang.
Pemerintah Kabupaten Bulukumba sudah memastikan mendukung
langkah pemerintah pusat guna menaikkan harga BBM dan menyiapkan berbagai
langkah antisipasi, terutama mengantisipasi gangguan keamanan dan ketertiban di
tengah masyarakat.
Persiapan untuk berbagai langkah antisipasi tersebut
dibicarakan dalam pertemuan di Kantor Bupati Bulukumba, Selasa, 4 Juni 2013.
Pertemuan dipimpin Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan, Kapolres Bulukumba AKBP
Jafar So'diq, Ketua Pengadilan Negeri Bulukumba Lambertus Limbong SH, Kajari
Bulukumba Chaerul Fauzi, serta Dandim 1411 Bulukumba Letkol Agung Senoaji.
Yang menarik, pertemuan itu juga membahas berbagai langkah
antisipasi menghadapi bulan suci Ramadhan, terutama pengawasan terhadap
peredaran miras, kafe, narkoba, petasan, serta balapan liar di Bulukumba.
Tentang langkah-langkah antisipasi dampak kenaikan harga
BBM, Kabag Humas dan Protokol Pemkab Bulukumba Sukarman, mengatakan, selain
koordinasi terpadu dengan aparat polisi (Polres) dan tentara (Kodim), Pemkab
Bulukumba juga berencana menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada
masyarakat atau BLSM.
Pemkab Bulukumba juga akan menyiapkan program operasi pasar
mengantisipasi kenaikan harga sembilan bahan pokok (Sembako) dan tarif
angkutan.
"Harga sembako dan tarif angkutan biasanya akan ikut
naik, sehingga perlu dilakukan operasi pasar," jelasnya. (asnawin/r)
( Sumber : http://kabupatenbulukumba.blogspot.com )
Jumat, 07 Juni 2013
SAJAK PEPERANGAN Abimanyu (Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
SAJAK
PEPERANGAN Abimanyu
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
Oleh:
WS Rendra
Ketika
maut mencegatnya di delapan penjuru.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan wajar.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan wajar.
Setelah
ia wafat
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita desa
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
saat ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita desa
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
saat ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
Perjuangan
adalah pelaksanaan cita dan rasa.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.
Ketika
ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
- dari zaman ke zaman
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
- dari zaman ke zaman
Jakarta,
2 Sptember 1977
SAJAK ORANG KEPANASAN ( WS Rendra, Jumat, 15 Mei 1998 )
SAJAK
ORANG KEPANASAN
Oleh:
WS
Rendra
Karena
kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu
Karena
kami kucel
dan
kamu gemerlapan
Karena
kami sumpek
dan
kamu mengunci pintu
maka
kami mencurigaimu
Karena
kami telantar dijalan
dan
kamu memiliki semua keteduhan
Karena
kami kebanjiran
dan
kamu berpesta di kapal pesiar
maka
kami tidak menyukaimu
Karena
kami dibungkam
dan
kamu nyerocos bicara
Karena
kami diancam
dan
kamu memaksakan kekuasaan
maka
kami bilang: TIDAK kepadamu
Karena
kami tidak bisa memilih
dan
kamu bebas berencana
Karena
kami semua bersandal
dan
kamu bebas memakai senapan
Karena
kami harus sopan
dan
kamu punya penjara
maka
TIDAK dan TIDAK kepadamu
Karena
kami arus kali
dan
kamu batu tanpa hati
maka
air akan mengikis batu
Suara
Merdeka,
Jumat, 15 Mei 1998
Jumat, 15 Mei 1998
SAJAK MATA-MATA ( WS Rendra, Hospital Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978 )
SAJAK
MATA-MATA
Oleh:
WS Rendra
Ada
suara bising di bawah tanah.
Ada suara gaduh di atas tanah.
Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah.
Ada tangis tak menentu di tengah sawah.
Dan, lho, ini di belakang saya
ada tentara marah-marah.
Ada suara gaduh di atas tanah.
Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah.
Ada tangis tak menentu di tengah sawah.
Dan, lho, ini di belakang saya
ada tentara marah-marah.
Apaa
saja yang terjadi? Aku tak tahu.
Aku
melihat kilatan-kilatan api berkobar.
Aku melihat sinyal-sinyal.
Semua tidak jelas maknanya.
Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara,
menggangu pemandanganku.
Aku melihat sinyal-sinyal.
Semua tidak jelas maknanya.
Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara,
menggangu pemandanganku.
Apa
saja yang terjadi? Aku tak tahu.
Pendengaran
dan penglihatan
menyesakkan perasaan,
membuat keresahan -
Ini terjadi karena apa-apa yang terjadi
terjadi tanpa kutahu telah terjadi.
Aku tak tahu. Kamu tak tahu.
Tak ada yang tahu.
menyesakkan perasaan,
membuat keresahan -
Ini terjadi karena apa-apa yang terjadi
terjadi tanpa kutahu telah terjadi.
Aku tak tahu. Kamu tak tahu.
Tak ada yang tahu.
Betapa
kita akan tahu,
kalau koran-koran ditekan sensor,
dan mimbar-mimbar yang bebas telah dikontrol.
Koran-koran adalah kelanjutan mata kita.
Kini sudah diganti mata yang resmi.
Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.
Kita hanya diberi gambara model kondisi
yang sudah dijahit oleh penjahit resmi.
kalau koran-koran ditekan sensor,
dan mimbar-mimbar yang bebas telah dikontrol.
Koran-koran adalah kelanjutan mata kita.
Kini sudah diganti mata yang resmi.
Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.
Kita hanya diberi gambara model kondisi
yang sudah dijahit oleh penjahit resmi.
Mata
rakyat sudah dicabut.
Rakyat meraba-raba di dalam kasak-kusuk.
Mata pemerintah juga diancam bencana.
Mata pemerintah memakai kacamata hitam.
Terasing di belakang meja kekuasaan.
Mata pemerintah yang sejati
sudah diganti mata-mata.
Rakyat meraba-raba di dalam kasak-kusuk.
Mata pemerintah juga diancam bencana.
Mata pemerintah memakai kacamata hitam.
Terasing di belakang meja kekuasaan.
Mata pemerintah yang sejati
sudah diganti mata-mata.
Barisan
mata-mata mahal biayanya.
Banyak makannya.
Sulit diaturnya.
Sedangkan laporannya
mirp pandangan mata kuda mobil
yang dibatasi tudung mata.
Banyak makannya.
Sulit diaturnya.
Sedangkan laporannya
mirp pandangan mata kuda mobil
yang dibatasi tudung mata.
Dalam
pandangan yang kabur,
semua orang marah-marah.
Rakyat marah, pemerinta marah,
semua marah lantara tidak punya mata.
Semua mata sudah disabotir.
Mata yangbebas beredar hanyalah mata-mata.
semua orang marah-marah.
Rakyat marah, pemerinta marah,
semua marah lantara tidak punya mata.
Semua mata sudah disabotir.
Mata yangbebas beredar hanyalah mata-mata.
Hospital
Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978
SAJAK MATAHARI ( Ws. Rendra, Yogya, 5 Maret 1976 )
SAJAK MATAHARI
Oleh:
WS Rendra
Matahari bangkit
dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar
dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin!
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!
wahai kamu, wanita miskin!
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!
Satu juta pria
gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah
cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia!
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia!
Yogya, 5 Maret
1976
SAJAK KENALAN LAMAMU ( Ws. Rendra, Yogyakarta, 21 Juni 1977 )
SAJAK KENALAN
LAMAMU
Oleh: WS Rendra
Kini kita saling
berpandangan saudara.
Ragu-ragu apa pula,
kita memang pernah bertemu.
Sambil berdiri di ambang pintu kereta api,
tergencet oleh penumpang berjubel,
dari Yogya ke Jakarta,
aku melihat kamu tidur di kolong bangku,
Ragu-ragu apa pula,
kita memang pernah bertemu.
Sambil berdiri di ambang pintu kereta api,
tergencet oleh penumpang berjubel,
dari Yogya ke Jakarta,
aku melihat kamu tidur di kolong bangku,
dengan alas
kertas koran,
sambil memeluk satu anakmu,
sementara istrimu meneteki bayinya,
terbaring di sebelahmu.
Pernah pula kita satu truk,
duduk di atas kobis-kobis berbau sampah,
sambil meremasi tetek tengkulak sayur,
dan lalu sama-sama kaget,
ketika truk tiba -tiba terhenti
kerna Distop oleh polisi,
yang menarik pungutan tidak resmi.
Ya, saudara, kita sudah sering bertemu,
kerna sama-sama anak jalan raya.
.................................
sambil memeluk satu anakmu,
sementara istrimu meneteki bayinya,
terbaring di sebelahmu.
Pernah pula kita satu truk,
duduk di atas kobis-kobis berbau sampah,
sambil meremasi tetek tengkulak sayur,
dan lalu sama-sama kaget,
ketika truk tiba -tiba terhenti
kerna Distop oleh polisi,
yang menarik pungutan tidak resmi.
Ya, saudara, kita sudah sering bertemu,
kerna sama-sama anak jalan raya.
.................................
Hidup macam apa
ini!
Orang-orang dipindah kesana ke mari.
Bukan dari tujuan ke tujuan.
Tapi dari kondisi ke kondisi yang tanpa perubahan.
.........................
Orang-orang dipindah kesana ke mari.
Bukan dari tujuan ke tujuan.
Tapi dari kondisi ke kondisi yang tanpa perubahan.
.........................
Kini kita
bersandingan, saudara.
Kamu kenal bau bajuku.
Jangan kamu ragu-ragu,
kita memang pernah bertemu.
Waktu itu hujan rinai.
Aku menarik sehelai plastik dari tong sampah
tepat pada waktu kamu juga menariknya.
Kita saling berpandangan.
Kamu menggendong anak kecil di punggungmu.
Aku membuka mulut,
hendak mengatakan sesuatu ......
Tak sempat!
Lebih dulu tinjumu melayang ke daguku .....
Dalam pandangan mata berkunang-kunang,
aku melihat kamu
membawa helaian plastik itu
ke satu gubuk karton.
Kamu lapiskan ke atap gubugmu,
dan lalu kamu masuk dengan anakmu .....
Sebungkus nasi yang dicuri,
itulah santapan.
Kolong kios buku di terminal
itulah peraduan.
Ya, saudara-saudara, kita sama-sama kenal ini,
karena kita anak jadah bangsa yang mulia.
.................. ....
Kamu kenal bau bajuku.
Jangan kamu ragu-ragu,
kita memang pernah bertemu.
Waktu itu hujan rinai.
Aku menarik sehelai plastik dari tong sampah
tepat pada waktu kamu juga menariknya.
Kita saling berpandangan.
Kamu menggendong anak kecil di punggungmu.
Aku membuka mulut,
hendak mengatakan sesuatu ......
Tak sempat!
Lebih dulu tinjumu melayang ke daguku .....
Dalam pandangan mata berkunang-kunang,
aku melihat kamu
membawa helaian plastik itu
ke satu gubuk karton.
Kamu lapiskan ke atap gubugmu,
dan lalu kamu masuk dengan anakmu .....
Sebungkus nasi yang dicuri,
itulah santapan.
Kolong kios buku di terminal
itulah peraduan.
Ya, saudara-saudara, kita sama-sama kenal ini,
karena kita anak jadah bangsa yang mulia.
.................. ....
Hidup macam apa
hidup ini.
Di taman yang gelap orang menjual badan,
agar mulutnya tersumpal makan.
Di hotel yang mewah istri guru menjual badan
agar pantatnya diganjal sedan.
.................
Duabelas pasang payudara gemerlapan,
bertatahkan intan permata di sekitar putingnya .
Dan di bawah semuanya,
celana dalam sutra warna kesumba.
Ya, saudara,
Kita sama-sama tertawa mengenang ini semua.
Ragu-ragu apa pula
kita memang pernah bertemu.
Kita telah menyaksikan,
betapa para pembesar
menjilati selangkang wanita,
sambil kepalanya diguyur anggur .
Ya, kita sama-sama germo,
yang menjahitkan jas di Singapura
mencat rambut di pangkuan bintang film,
main golf, main mahyong,
dan makan kepiting saus tiram di restoran terhormat.
...........
Hidup dalam khayalan,
hidup dalam kenyataan ......
tak ada bedanya.
Kerna khayalan dinyatakan,
dan kenyataan dikhayalkan,
di dalam peradaban fatamorgana.
..........
Di taman yang gelap orang menjual badan,
agar mulutnya tersumpal makan.
Di hotel yang mewah istri guru menjual badan
agar pantatnya diganjal sedan.
.................
Duabelas pasang payudara gemerlapan,
bertatahkan intan permata di sekitar putingnya .
Dan di bawah semuanya,
celana dalam sutra warna kesumba.
Ya, saudara,
Kita sama-sama tertawa mengenang ini semua.
Ragu-ragu apa pula
kita memang pernah bertemu.
Kita telah menyaksikan,
betapa para pembesar
menjilati selangkang wanita,
sambil kepalanya diguyur anggur .
Ya, kita sama-sama germo,
yang menjahitkan jas di Singapura
mencat rambut di pangkuan bintang film,
main golf, main mahyong,
dan makan kepiting saus tiram di restoran terhormat.
...........
Hidup dalam khayalan,
hidup dalam kenyataan ......
tak ada bedanya.
Kerna khayalan dinyatakan,
dan kenyataan dikhayalkan,
di dalam peradaban fatamorgana.
..........
Ayo, jangan lagi
sangsi,
kamu kenal suara batukku.
Kamu lihat lagi gayaku meludah di trotoar.
Ya, memang aku. Temanmu dulu.
Kita telah sama-sama mencuri mobil ayahmu
bergiliran meniduri gula-gulanya,
dan mengintip ibumu main serong
dengan ajudan ayahmu.
Kita telah sama-sama beli Morphin dari guru kita.
Menenggak valium yang disediakan oleh dokter untuk ibumu,
dan akhirnya menggeletak di emper tiko,
di samping kere di Malioboro.
Kita alami semua ini,
kerna kita putra-putra dewa di dalam masyarakat kita.
.....
kamu kenal suara batukku.
Kamu lihat lagi gayaku meludah di trotoar.
Ya, memang aku. Temanmu dulu.
Kita telah sama-sama mencuri mobil ayahmu
bergiliran meniduri gula-gulanya,
dan mengintip ibumu main serong
dengan ajudan ayahmu.
Kita telah sama-sama beli Morphin dari guru kita.
Menenggak valium yang disediakan oleh dokter untuk ibumu,
dan akhirnya menggeletak di emper tiko,
di samping kere di Malioboro.
Kita alami semua ini,
kerna kita putra-putra dewa di dalam masyarakat kita.
.....
Hidup
melayang-layang.
Selangit,
melayang-layang.
Kekuasaan mendukung kita serupa ganja .....
meninggi .... Ke awan ......
Peraturan dan hukuman,
kitalah yang empunya.
Kita tulis dengan keringat di ketiak,
di atas sol sepatu kita.
Kitalah gelandangan kaya,
yang harus meyakinkan diri
dengan pembunuhan.
...........
Saudara-saudara, kita sekarang berjabatan.
Kini kita bertemu lagi.
Ya, jangan kamu ragu-ragu,
kita memang pernah bertemu.
Bukankah tadi sudah kamu kenal
betapa derap langkahku?
Selangit,
melayang-layang.
Kekuasaan mendukung kita serupa ganja .....
meninggi .... Ke awan ......
Peraturan dan hukuman,
kitalah yang empunya.
Kita tulis dengan keringat di ketiak,
di atas sol sepatu kita.
Kitalah gelandangan kaya,
yang harus meyakinkan diri
dengan pembunuhan.
...........
Saudara-saudara, kita sekarang berjabatan.
Kini kita bertemu lagi.
Ya, jangan kamu ragu-ragu,
kita memang pernah bertemu.
Bukankah tadi sudah kamu kenal
betapa derap langkahku?
Kita dulu pernah
menyetop lalu lintas,
membakari mobil-mobil,
melambaikan poster-poster,
dan berderap maju, berdemonstrasi.
Kita telah sama-sama merancang strategi
di panti pijit dan restoran.
Dengan arloji emas,
secara teliti kita susun jadwal waktu.
bergadang, berkonsultasi di larut kelam,
sambil mendekap hostess di klub malam.
Kerna begitulah gaya pemuda harapan bangsa.
membakari mobil-mobil,
melambaikan poster-poster,
dan berderap maju, berdemonstrasi.
Kita telah sama-sama merancang strategi
di panti pijit dan restoran.
Dengan arloji emas,
secara teliti kita susun jadwal waktu.
bergadang, berkonsultasi di larut kelam,
sambil mendekap hostess di klub malam.
Kerna begitulah gaya pemuda harapan bangsa.
Politik adalah
cara merampok dunia.
politk adalah cara menggulingkan kekuasaan,
untuk menikmati giliran berkuasa.
Politik adalah tangga naiknya tingkat kehidupan.
dari becak ke taksi, dari taksi ke sedan pribadi
lalu ke mobil sport, lalu: helikopter!
Politik adalah festival dan pekan olah raga .
Politik adalah wadah kegiatan kesenian.
Dan bila ada orang banyak bacot,
kita cap ia sok pahlawan.
.............................
politk adalah cara menggulingkan kekuasaan,
untuk menikmati giliran berkuasa.
Politik adalah tangga naiknya tingkat kehidupan.
dari becak ke taksi, dari taksi ke sedan pribadi
lalu ke mobil sport, lalu: helikopter!
Politik adalah festival dan pekan olah raga .
Politik adalah wadah kegiatan kesenian.
Dan bila ada orang banyak bacot,
kita cap ia sok pahlawan.
.............................
Dimanakah
kunang-kunag di malam hari?
Dimanakah trompah kayu di muka pintu?
Di hari-hari yang berat,
aku cari kacamataku,
dan tidak ketemu.
..................
Dimanakah trompah kayu di muka pintu?
Di hari-hari yang berat,
aku cari kacamataku,
dan tidak ketemu.
..................
Ya, inilah aku
ini!
Jangan lagi sangsi!
Inilah bau ketiakku.
Inilah suara batukku.
Kamu telah menjamahku,
jangan lagi kamu ragau.
Jangan lagi sangsi!
Inilah bau ketiakku.
Inilah suara batukku.
Kamu telah menjamahku,
jangan lagi kamu ragau.
Kita telah
sama-sama berdiri di sini,
melihat bianglala berubah menjadi lidah-lidah api,
gunung yang kelabu membara,
kapal terbang pribadi di antara mega-mega meneteskan air mani
di putar blue-film di dalamnya.
.....................
melihat bianglala berubah menjadi lidah-lidah api,
gunung yang kelabu membara,
kapal terbang pribadi di antara mega-mega meneteskan air mani
di putar blue-film di dalamnya.
.....................
Kekayaan
melimpah.
Kemiskinan melimpah.
Darah melimpah.
Ludah menyembur dan melimpah.
Waktu melanda dan melimpah.
Lalu muncullah banjir suara.
Suara-suara di kolong meja.
Suara-suara di dalam Lacu.
Suara-suara di dalam pici.
Dan akhirnya
dunia terbakar oleh tatawarna,
Warna-warna nilon dan plastik.
Warna-warna seribu warna.
Tidak luntur semuanya.
Ya, kita telah sama-sama menjadi saksi
dari suatu kejadian,
yang kita tidak tahu apa-apa,
namun lahir dari perbuatan kita.
Kemiskinan melimpah.
Darah melimpah.
Ludah menyembur dan melimpah.
Waktu melanda dan melimpah.
Lalu muncullah banjir suara.
Suara-suara di kolong meja.
Suara-suara di dalam Lacu.
Suara-suara di dalam pici.
Dan akhirnya
dunia terbakar oleh tatawarna,
Warna-warna nilon dan plastik.
Warna-warna seribu warna.
Tidak luntur semuanya.
Ya, kita telah sama-sama menjadi saksi
dari suatu kejadian,
yang kita tidak tahu apa-apa,
namun lahir dari perbuatan kita.
Yogyakarta, 21
Juni 1977
Langganan:
Postingan (Atom)