Rabu, 19 Juni 2013

105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi


WAKIL Bupati Bulukumba, Syamsuddin, membuka acara Sosialisasi Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV-AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia kerjasama dengan KPA Bulukumba, di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012. 
(Foto: Humas Pemkab Bulukumba)



105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi

Jumlah penderita HIV-AIDS di Kabupaten Bulukumba tergolong tinggi. Data yang dikumpulkan sejak 2008 hingga Juni 2012, sudah tercatat sebanyak 105 warga "Butta Panrita Lopi" yang terdeteksi menderita penyakit HIV-AIDS.

Dari 105 penderita tersebut, tiga di antaranya sudah meninggal dunia, tiga penderita waria, dan dua pendeita masih bayi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penyebab penularan umumnya dari narkoba, jarum suntik, dan hubungan seksual.


Data tersebut terungkap dalam Sosialisasi Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV-AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia kerjasama dengan KPA Bulukumba, di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012. 

Sekretaris Komisi Penanganan AIDS, Fahmi, juga pernah mengungkapkan data tersebut saat berbicara pada Seminar Penanggulangan HIV-AIDS, yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Juli 2012.

Berbicara di hadapan puluhan guru dan kepala sekolah SMP dan SMA se-Kabupaten Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012, narasumber dari KRA-AIDS Indonesia Zulkifli Amin, mengungkapkan bahwa Bulukumba sekarang berada pada peringkat ke delapan jumlah penderita HIV-AIDS dari 24 kota dan kabupaten di Sulawesi Selatan.


“Syukurlah Bulukumba sekarang pada posisi peringkat ke delapan dimana sebelumnya berada pada peringkat ketiga se Sulawesi Selatan” ujarnya 

Menurut Zulkifli, salah satu upaya penggulangan bahaya HIV AIDS adalah mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh penderita itu sendiri. Ketika mereka sudah teridentifikasi dan terindikasi kena HIV maka semua pihak harus melakukan antisipasi agar penderita tersebut mendapatkan perawatan, sehingga juga dapat mencegah terjadinya penularan.

Secara pribadi, Zulkifli mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh KPA Bulukumba, karena ada kemajuan dalam pencegahan penularan HIV-AIDS di Bulukumba.

"Dalam gerakan pencegahan dan penanggulangan narkoba ini, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) sangat penting, tinggal bagaimana mengembangkannya sesuai dengan kondisi lingkungan kita berada atau muatan lokal," tuturnya.

Dirinya sepakat dengan peserta yang mengusulkan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah seperti perkemahan, sedapat mungkin memiliki materi seputar narkoba, baik melalui lomba cerdas cermat, maupun lomba pidato.

Wakil Bupati Bulukumba yang juga adalah Ketua KPA Bulukumba, Syamsuddin, saat membuka acara sosialisasi tersebut, mengajak semua pihak untuk berkomitmen dan bertindak-nyata dalam upaya menyelamatkan para generasi muda.

"Narkoba tidak hanya merusak kesehatan, namun juga akan merusak mental para anak-anak muda. Orang yang terlibat narkoba, apalagi sudah terkena HIV-AIDS, adalah orang yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Apa yang bisa diharapkan dari generasi muda seperti itu untuk dapat melanjutkan estafet pembangunan," paparnya.

Dalam upaya penyuluhan narkoba di kalangan pelajar, Syamsuddin mengharapkan disesuikan dengan kondisi tumbuh-kembang anak-anak atau disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Orang tua atau para guru tidak mesti melakukan dengan cara ceramah saja, namun bisa melalui kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh para remaja, seperti lomba menyanyi atau lomba grup band antar pelajar. Pada kegiatan seperti itulah dimasukkan kampanye-kampanye anti narkoba. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pembinaan terus menerus oleh orang tua kepada anak-anaknya, tidak boleh tanggung jawab pembinaan itu dilimpahkna sepenuhkan kepada guru di sekolahnya," urai Syamsuddin.

Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan, diterbitkan oleh Biro Nafza dan HIV-AIDS Sekretariat Provinsi Sulawesi Selatan. Buku itu merupakan  panduan yang menjadi referensi bagi pihak sekolah dalam upaya melakukan penyuluhan atau advokasi pencegahan terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. (asnawin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar