SAJAK
PEPERANGAN Abimanyu
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
Oleh:
WS Rendra
Ketika
maut mencegatnya di delapan penjuru.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan wajar.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan wajar.
Setelah
ia wafat
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita desa
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
saat ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita desa
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
saat ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
Perjuangan
adalah pelaksanaan cita dan rasa.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.
Ketika
ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
- dari zaman ke zaman
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
- dari zaman ke zaman
Jakarta,
2 Sptember 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar