Selasa, 17 September 2013

PUISI D ZAWAWI IMRON Perahu Ruh _ Andhika daeng Mammangka

Mengabdi Tanpa pamrih Demi Kemajuan Dunia sastra Indonesia. Sekolah Sastra Bulukumba

READ MORE - PUISI D ZAWAWI IMRON Perahu Ruh _ Andhika daeng Mammangka

Jumat, 02 Agustus 2013

Sahabat

Ahhh…
Malam ini semakin dingin…
Tubuhku berteriak kedinginan
Tanda malam sukses menunaikan kewajibanya

Malam ini aku belum melihat…
Melihat… akan kedatangan sosok sahabat.
Sahabat  malaikat yang membawakan pena
Pena yang membawa goresan perubahan
Dari kepalsuan yang aku dapatkan

Kali ini,  Bukan malaikat yang bersayap
Tapi…
malaikat yang bertanduk
Kejam, keji, dan seram…
Kekejamanya akan memotong, merobek perutnya yang buncit…
Kekejianya akan membakar, lalu menghisap otaknya yang penuh ambisi
Dan wajahnya yang  seram  akan menghantui tidurnya yang lelab, kekenyangan
Yah…h…h… indah sekali…

Jika…malaikat itu tuntas melaksanakan do’aku…
Akan kuberi sebatang rokok…
Kuhisap berdua…
Dan saling tukar rencana, cita-cita, dan harapan…
Rokok itu akan kujadikan tanda persahabatan untuk membakar gubuk dan menyulapnya….
Abra…kadabra…jadi gedung
yah…h…h… asyik sekali…
senang rasanya…

Aku yakin, ambisiku ini akan sukses…
Sukses sekali…
Setelah itu…aku akan melayangkan proposal ke tuhan…
Akan kubangun surga di tanah yang subur ini…
Dan berjalan melewati hari penuh dengan kebahagiaan
hari-hari yang indah sekedar ucapan itu akan sirnah.
teriakan yang meradang itu semakin hilang berlahang

ahh…h…h…
akankah aku berjalan menuju langit
padahal dilangit tidak ada apa-apa, tidak ditemukan apa-apa
kecuali kekosongan yang nihil.
Oh…h…h…sahabatku…
Entah kapan engkau datang…

Bulukumba, 30 Juli 2013




READ MORE - Sahabat

Raja Titipan

Malam ini aku belum melihatnya
Munkin lari dari tangisan malam
Lari dari sikir bintang-bintang
Bersembinyi dalam selimut kegelapan

Oh Negeri seribu harapan
Negeri akan surga harapan
Tergulung ombak keputus asaan
Akan raja-raja titipan

Tidakkah engkau mendengar
Nyayian jalanan itu.
Nyayian akan nada-nada sumbang penuh pengharapan
yang hancur tersapu gelombang keputus asaan.

Anggur-anggur dari perut tanah kelahiranya, Engka hisap
Terbakar, Melayang, 
Dari gigi-gigi mesin peradaban
Hancur menguap diperut monster besi, dan justru nyawa-nyawa negerimu mengantri

Langit menangis
Bumi tertawa
Rumput bergoyang
Ombak menari

Alasan kemajuan, justru kemunduran
Alasan kedikjayaan justru kemalaratan
Alasan perubahan justru kehancuran
Alasan kebahagiaa justru tetesan air mata

Oh. Raja-raja titipan
Liatlah pohon yang kau tanam dengan kecerdasanmu
Berbuahkan penderitaan
Dinegeri  cerminan  surga

Oh raja-raja titipan
Tidakkah nuranimu bersikir
Akan buah kecerdasanmu
Atau, nuranimu berpesta pora diatas tulang-tulangnya

Ataukah ….. Nuranimu berpikir
mereka setidaknya memiliki sebatang racung
yang dihisap nikmat
Yang siap membunuh bilik-bilik kehudupannya.

*Bulukumba, 17 Juli 2013*







READ MORE - Raja Titipan

Jokowo

Senyum ikhlas, budi luhur, Tingkah gesit, gerak cekatan
Pribadi sederhana, merakyat
tokoh bagai jarum ditumpukan jerami
dinegeri samudera harapan.

Rindu rasanya memeluk gunung
Yang penuh akan sumber inspirasi
Hati siapa
Yang tak merindukanya

Oh jokowi….
Rindu rasanya engkau
Berenang di air mata, melawan ombak penderitaan
Di tanah panrita lopi.
*Bulukumba, 17 Juli 2013*




READ MORE - Jokowo

Indah Pada Masanya

Sumi…sumi…
Kini engkau tertidur
Tertidur di etalase kaca
Penuh senyum indah, pada masanya…

Tubuhmu yang gesit
Gerakmu yang lincah
Matamu yang meronah
Membuatku terhanyut dalam kobaran api

Sumi…sumi
Kini engkau jadi seonggok daging
Daging yang pucat
Penuh tanda Tanya…

Kini… cinta yang engaku ciptakan
Dalam kesunyian gelap
Dalam ruang kosong, berdebuh
Telah tumbuh dewasa dalam harapan tak bertuang

Sumi…sumi
Kini engkau melihat kodratmu
Kodrat… seorang manusia
Dimana setelah siang pasti ada malam

Sumi…sumi
beruntunglah engkau
kini… engkau dapat tempat terbaik
dan aku curiga akanya

dalam tidurmu yang penuh tanda Tanya
akankah engkau tersenyum bahagia atau sedih
sedih meninggalkanku, atau
bahagia melepaskan cintaku

sumi… sumi
bersabarlah… kini engkau tinggal menunggu waktu
hingga tubuhmu menyatu bumi
melepas senyummu nan abadi…

( Bulukumba, 3 juli 2013 )



READ MORE - Indah Pada Masanya

Daun Jatuh

Bangunlah… bangunlah sahabatku
Sahabat senasibku,
Lihatlah… lihatlah sahabatku
Dunia ini bosan engkau hinggapi

Daun jatuh…
Jatu satu demi Satu, Meninggalkan cinta ibunya
Ia tidak bersedih sahabatku.
Ia tidak bersedih… kerena Ia sadar akan kodratnya.

Ia melambai-lambai, memejamkan stomatanya
Yang selama ini memberikanmu kehidupan
Kini… ia jatuh. Melayang, terombang-ambing
Dalam pelukan semilir angin

Perhatikan sahabatku. perhatikan…
Lambaianya ikhlas
Wajahnya berseri-seri

Hari-hari nan indah ia lalui
Menari bersama ribuan sodaranya
Bercanda tawa
Membagikan kebahagiaan dalam kehidupanmu

Ia berpesan…
Kelak… engkau senasib denganya
Akan menghilang… hilang.
Tanpa bekas, meninggalkan kesuburan
Untuk anak cucumu.


( Bulukumba, 30 juli 2013 )
READ MORE - Daun Jatuh

Kisah Seekor Anak Singa


Di majalah Bara’imul Iman yang saya pegang itu saya menemukan sebuah kisah yang sangat bergizi dan memotivasi. Sebuah kisah fabel yang sangat menggugah dan inspiratif judulnya Kisah Seekor Anak Singa.
Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerak- gerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu. Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, sibayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing.
Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu. Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anakanak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik bukan mengaum! la merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing- kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa. Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambingkambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
”Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.
Tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeraskerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan dibawa lari serigala.
Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah, ”Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala yang jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apaapa.
Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya.
Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya! Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras,
”Emmbiiik!” Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang untuk menyeruduk lagi. Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing.
Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu!
Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh.
Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa adalah raja hutan?
Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat!
Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa. Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata,
”Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing!
Aku tak akan memangsa anak singa!” Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
”Jangan bunuh aku, ammpuun!”
”Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa!” Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata,
“Tidak aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!” Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa. Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut,
“Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”
”Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa.
”Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
”Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa. Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu. Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan,
“Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan jangan kondisi kita, dan sebagian besar orang di sekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilikinya.
Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasa- biasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilikinya. Saya amati orang-orang di sekitar saya.
Di antara mereka ada yang telah menemukan jati dirinya. Hidup dinamis dan prestatif. Sangat faham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia harus hidup. Hari demi hari ia lalui dengan penuh semangat dan optimis. Detik demi detik yang dilaluinya adalah kumpulan prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan menghadap semakin besar pula semangatnya untuk menaklukkannya.
Namun tidak sedikit yang hidup apa adanya. Mereka hidup apa adanya karena tidak memiliki arah yang jelas. Tidak faham untuk apa dia hidup, dan bagaimana ia harus hidup. Saya sering mendengar orang-orang yang ketika ditanya,
“Bagaimana Anda menjalani hidup Anda?” atau “Apa prinsip hidup Anda?”, mereka menjawab dengan jawaban yang filosofis,
”Saya menjalani hidup ini mengalir bagaikan air. Santai saja.” Tapi sayangnya mereka tidak benar-benar tahu filosofi ’mengalir bagaikan air’. Mereka memahami hidup mengalir bagaikan air itu ya hidup santai. Sebenarnya jawaban itu mencerminkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengisi hidup ini. Bagaimana cara hidup yang berkualitas. Sebab mereka tidak tahu siapa sebenarnya diri mereka? Potensi terbaik apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada mereka. Bisa jadi mereka sebenarnya adalah ’seekor singa’ tapi tidak tahu kalau dirinya ’seekor singa .
Mereka menganggap dirinya adalah ’seekor kambing sebab selama ini hidup dalam kawanan kambing. Filosofi menjalani hidup mengalir bagaikan air yang dimaknai dengan hidup santai saja, atau hidup apa adanya bisa dibilang prototipe, gaya hidup sebagian besar penduduk negeri ini. Bahkan bisa jadi itu adalah gaya hidup sebagian besar masyarakat dunia Islam saat ini.

( Ketika Cinta Bertasbih -2, Habiburrahman El Zhirazy )
READ MORE - Kisah Seekor Anak Singa

Senin, 08 Juli 2013

Makna Pasang Ri Kajang

Pasang Ri Kajang adalah ungkapan bahasa konjo, semacam bahasa daerah yang cenderung diidentifikasikan sebagai bahasa Proto-Makassar dan bahasa ini dipakai sebagai alat komunikasi oleh penduduk kecamatan  Kajang dan sekitarnya. Ungkapan itu sendiri terdiri dari tiga kata, masing-masing "Pasang", "Ri", dan "Kajang". Tiga kata ini mempunyai arti  tersendiri.


Pasang secara harfiah berarti pesan-pesan, wasiat, atau amanat. Dengan demikian ungkapan tersebut dapat pula berarti Message, seperti di kenal dalam bahasa inggris, dan searti pula dengan istilah Risalah yang dikenal dalam bahasa Arab. Sebab ungkapan tersebut Messege dan Risalah masing-masing berarti Pesanan, warta, amanat, atau wasiat.

Kata "Ri" itu sendiri merupakan kata perangkai yang menunjukkan  tempat, artinya "Di", Sedang kata kajang adalah nama sebuah kecamatan, seperti yang telah diterangkan terdahulu. Jadi secara harfiah, ungkapan Pasang Ri Kajang Berarti pesan-pesan di kajang.

Sumber: DR. Mas Alim Katu. 2008. Kearifan Manusia Kajang. Pustaka Refleksi. Makassar.






READ MORE - Makna Pasang Ri Kajang

Rabu, 19 Juni 2013

Tujuh Ambulance Baru untuk Tujuh Puskesmas


AMBULANCE BARU. Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan memperhatikan bagian dalam salah satu mobil ambulance baru yang diserahkan secara simbolis kepada tujuh Puskesmas di Bulukumba. 
(Foto: Humas Pemkab Bulukumba)




Tujuh Ambulance Baru untuk Tujuh Puskesmas 

Tujuh Puskesmas yang tersebar pada tujuh kecamatan di Kabupaten Bulukumba masing-masing mendapatkan bantuan satu unit mobil ambulance. Ke-7 Puskesmas tersebut yaitu Puskesmas Bontobaharsi, Puskesmas Herlang, Puskesmas Bontotiro, Puskesmas Tanete, Puskesmas Caile, Puskesmas Borong Rappoa, dan Puskesmas Bontobangun.

Penyerahan mobil ambulance dilakukan secara simbolis dari Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan kepada Kepala Puskesmas Caile, Dokter H Abdul Rajab, di Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Rabu, 4 Januari 2011.

Total harga ke-7 mobil ambulance baru itu kurang lebih Rp 2 miliar yang diambil dari APBD Bulukumba tahun anggaran 2011.

Pemberian ambulance yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang lengkap dan canggih ini, kata Zainuddin Hasan, diharapkan dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk kepentingan pemberian pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat. 

“Saya berharap ambulance ini digunakan demi kepentingan masyarakat. Tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi tanpa alasan yang jelas. Kalau digunakan tidak sesuai fungsinya, saya akan tindaki, kalau perlu saya minta tidak usah dipakai untuk urusan pribadi, gunakan saja untuk melayani masyarakat,” tegasnya.

Zainuddin juga berharap mobil ambulance tersebut dijaga dan dipelihara dengan baik. (win/r)


  
READ MORE - Tujuh Ambulance Baru untuk Tujuh Puskesmas

Dinkes Bulukumba Gandeng USAID

Tahun 2012 ini, Dinas Kesehatan Bulukumba membangun kemitraan dengan United State Agency International Development (USAID) untuk membantu meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Tahun 2012 ini, sudah terdapat dua kasus kematian ibu dan anak yang baru lahir. (int)



Dinkes Bulukumba Gandeng USAID
- Tekan Angka Mortalitas Ibu

Harian Fajar, Makassar
Senin, 15 Oktober 2012
http://www.fajar.co.id/read-20121014185017-diskes-bulukumba-gandeng-usaid

BULUKUMBA, FAJAR -- Pemerintah Kabupaten Bulukumba bertekad menekan angka kematian (mortalitas) ibu dan anak di daerahnya. Tahun 2012 ini, Dinas Kesehatan Bulukumba membangun kemitraan dengan United State Agency International Development (USAID) untuk membantu meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir.

Data dari Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Bulukumba, tahun ini sudah terdapat dua kasus kematian ibu dan anak yang baru lahir. Jumlah ini sebenarnya sudah menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai sembilan kasus kematian ibu dan anak.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, drg Dian Wellyati Kabier mengatakan, rencana untuk menggandeng USAID sudah mulai dilakukan pekan ini. Menurutnya, dengan bekerja sama USAID, diharapkan angka kematian ibu dan anak di Bulukumba menjadi nol kasus.

Dia mengatakan, USAID menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan dalam bentuk program Keselamatan Ibu dan Anak (KIA). Kerja sama ini dilakukan dalam bentuk multi stake holder.

Selain instansi pemerintah, kata dia, program ini juga akan melibatkan tokoh masyrakat dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya. Kerja sama ini dilakukan dengan pendekatan pendidikan bagi ibu-ibu yang sementara mengandung.

"Kita harapkan dengan kerja sama ini angka kematian ibu dan bayi menjadi nol kasus tahun depan," jelas dia.

Kerja sama dengan USAID ini, kata dia, dilakukan dalam tiga program. Di antaranya adalah air susu ibu (ASI) eksklusif, menyusui dini, dan persalinan aman.

Dia menambahkan, selama ini Bulukumba telah melakukan sejumlah program untuk menekan angka kematian ibu dan anak. Salah satunya adalah kegiatan kelas ibu hamil. Saat ini sudah terdapat 36 kelas ibu hamil yang tersebar di sejumlah kecamatan yang ada di Bulukumba.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Diskes Bulukumba, Wahyuni mengatakan, kelas ibu hamil memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu yang hamil. Dengan begitu, tingkat kesadaran ibu hamil akan ancaman kematian bisa semakin meningkat.

Awalnya, kelas ibu hamil dilakukan oleh masyarakat dengan swadaya murni. Kelas ini dibuat atas kerja sama antara bidan desa dengan masyarakat sekitar.

"Setidaknya, ibu hamil bisa paham mengenai proses persalinan," jelasnya. (eka/min) 




READ MORE - Dinkes Bulukumba Gandeng USAID

105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi


WAKIL Bupati Bulukumba, Syamsuddin, membuka acara Sosialisasi Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV-AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia kerjasama dengan KPA Bulukumba, di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012. 
(Foto: Humas Pemkab Bulukumba)



105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi

Jumlah penderita HIV-AIDS di Kabupaten Bulukumba tergolong tinggi. Data yang dikumpulkan sejak 2008 hingga Juni 2012, sudah tercatat sebanyak 105 warga "Butta Panrita Lopi" yang terdeteksi menderita penyakit HIV-AIDS.

Dari 105 penderita tersebut, tiga di antaranya sudah meninggal dunia, tiga penderita waria, dan dua pendeita masih bayi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penyebab penularan umumnya dari narkoba, jarum suntik, dan hubungan seksual.


Data tersebut terungkap dalam Sosialisasi Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV-AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia kerjasama dengan KPA Bulukumba, di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012. 

Sekretaris Komisi Penanganan AIDS, Fahmi, juga pernah mengungkapkan data tersebut saat berbicara pada Seminar Penanggulangan HIV-AIDS, yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), di Aula Kantor Dinas Kesehatan Bulukumba, Juli 2012.

Berbicara di hadapan puluhan guru dan kepala sekolah SMP dan SMA se-Kabupaten Bulukumba, Sabtu, 20 Oktober 2012, narasumber dari KRA-AIDS Indonesia Zulkifli Amin, mengungkapkan bahwa Bulukumba sekarang berada pada peringkat ke delapan jumlah penderita HIV-AIDS dari 24 kota dan kabupaten di Sulawesi Selatan.


“Syukurlah Bulukumba sekarang pada posisi peringkat ke delapan dimana sebelumnya berada pada peringkat ketiga se Sulawesi Selatan” ujarnya 

Menurut Zulkifli, salah satu upaya penggulangan bahaya HIV AIDS adalah mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh penderita itu sendiri. Ketika mereka sudah teridentifikasi dan terindikasi kena HIV maka semua pihak harus melakukan antisipasi agar penderita tersebut mendapatkan perawatan, sehingga juga dapat mencegah terjadinya penularan.

Secara pribadi, Zulkifli mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh KPA Bulukumba, karena ada kemajuan dalam pencegahan penularan HIV-AIDS di Bulukumba.

"Dalam gerakan pencegahan dan penanggulangan narkoba ini, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) sangat penting, tinggal bagaimana mengembangkannya sesuai dengan kondisi lingkungan kita berada atau muatan lokal," tuturnya.

Dirinya sepakat dengan peserta yang mengusulkan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah seperti perkemahan, sedapat mungkin memiliki materi seputar narkoba, baik melalui lomba cerdas cermat, maupun lomba pidato.

Wakil Bupati Bulukumba yang juga adalah Ketua KPA Bulukumba, Syamsuddin, saat membuka acara sosialisasi tersebut, mengajak semua pihak untuk berkomitmen dan bertindak-nyata dalam upaya menyelamatkan para generasi muda.

"Narkoba tidak hanya merusak kesehatan, namun juga akan merusak mental para anak-anak muda. Orang yang terlibat narkoba, apalagi sudah terkena HIV-AIDS, adalah orang yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Apa yang bisa diharapkan dari generasi muda seperti itu untuk dapat melanjutkan estafet pembangunan," paparnya.

Dalam upaya penyuluhan narkoba di kalangan pelajar, Syamsuddin mengharapkan disesuikan dengan kondisi tumbuh-kembang anak-anak atau disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Orang tua atau para guru tidak mesti melakukan dengan cara ceramah saja, namun bisa melalui kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh para remaja, seperti lomba menyanyi atau lomba grup band antar pelajar. Pada kegiatan seperti itulah dimasukkan kampanye-kampanye anti narkoba. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pembinaan terus menerus oleh orang tua kepada anak-anaknya, tidak boleh tanggung jawab pembinaan itu dilimpahkna sepenuhkan kepada guru di sekolahnya," urai Syamsuddin.

Buku Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV AIDS Tingkat Pelajar se-Sulawesi Selatan, diterbitkan oleh Biro Nafza dan HIV-AIDS Sekretariat Provinsi Sulawesi Selatan. Buku itu merupakan  panduan yang menjadi referensi bagi pihak sekolah dalam upaya melakukan penyuluhan atau advokasi pencegahan terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. (asnawin)

READ MORE - 105 Penderita AIDS di Bulukumba, 3 Meninggal, 3 Waria, 2 Bayi

BBM, Miras, Kafe, Narkoba, Petasan, dan Balapan Liar di Bulukumba



Selain mengantisipasi berbagai kemungkinan dampak yang terjadi setelah harga BBM dinaikkan, Pemkab Bulukumba bersama unsur-unsur terkait, sudah membahas berbagai langkah antisipasi menghadapi bulan suci Ramadhan, terutama pengawasan terhadap peredaran miras, kafe, narkoba, petasan, serta balapan liar di Bulukumba. (Foto: Asnawin


==============
BBM, Miras, Kafe, Narkoba, Petasan, dan Balapan Liar di Bulukumba

Kabupaten Bulukumba, 5 Juni 2013.

Bahan bakar minyak (BBM) kini tengah ramai dibicarakan, karena pemerintah berencana menaikkan harganya. Tentu saja akan banyak dampak yang timbul, terutama aksi penolakan yang dipelopori mahasiswa dan naiknya harga-harga berbagai jenis barang.

Sehubungan dengan itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan beberapa langkah antisipasi, termasuk mengantisipasi berbagai hal dalam memasuki hal-hal bulan suci Ramadhan Juli mendatang.

Pemerintah Kabupaten Bulukumba sudah memastikan mendukung langkah pemerintah pusat guna menaikkan harga BBM dan menyiapkan berbagai langkah antisipasi, terutama mengantisipasi gangguan keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat.

Persiapan untuk berbagai langkah antisipasi tersebut dibicarakan dalam pertemuan di Kantor Bupati Bulukumba, Selasa, 4 Juni 2013. Pertemuan dipimpin Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan, Kapolres Bulukumba AKBP Jafar So'diq, Ketua Pengadilan Negeri Bulukumba Lambertus Limbong SH, Kajari Bulukumba Chaerul Fauzi, serta Dandim 1411 Bulukumba Letkol Agung Senoaji.

Yang menarik, pertemuan itu juga membahas berbagai langkah antisipasi menghadapi bulan suci Ramadhan, terutama pengawasan terhadap peredaran miras, kafe, narkoba, petasan, serta balapan liar di Bulukumba.

Tentang langkah-langkah antisipasi dampak kenaikan harga BBM, Kabag Humas dan Protokol Pemkab Bulukumba Sukarman, mengatakan, selain koordinasi terpadu dengan aparat polisi (Polres) dan tentara (Kodim), Pemkab Bulukumba juga berencana menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat atau BLSM.

Pemkab Bulukumba juga akan menyiapkan program operasi pasar mengantisipasi kenaikan harga sembilan bahan pokok (Sembako) dan tarif angkutan.

"Harga sembako dan tarif angkutan biasanya akan ikut naik, sehingga perlu dilakukan operasi pasar," jelasnya. (asnawin/r)


READ MORE - BBM, Miras, Kafe, Narkoba, Petasan, dan Balapan Liar di Bulukumba

Jumat, 07 Juni 2013

SAJAK PEPERANGAN Abimanyu (Untuk puteraku, Isaias Sadewa)

SAJAK PEPERANGAN Abimanyu
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa) 

Oleh:
WS Rendra

Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan wajar.
Setelah ia wafat
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita desa
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
saat ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
Perjuangan adalah pelaksanaan cita dan rasa.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.
Ketika ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
- dari zaman ke zaman
                                                                            Jakarta, 2 Sptember 1977  


READ MORE - SAJAK PEPERANGAN Abimanyu (Untuk puteraku, Isaias Sadewa)

SAJAK ORANG KEPANASAN ( WS Rendra, Jumat, 15 Mei 1998 )

SAJAK ORANG KEPANASAN

Oleh:
WS Rendra

Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu
Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu
Karena kami telantar dijalan
dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu
Karena kami dibungkam
dan kamu nyerocos bicara
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan
maka kami bilang: TIDAK kepadamu
Karena kami tidak bisa memilih
dan kamu bebas berencana
Karena kami semua bersandal
dan kamu bebas memakai senapan
Karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu
Suara Merdeka, 
                                                                     Jumat, 15 Mei 1998


READ MORE - SAJAK ORANG KEPANASAN ( WS Rendra, Jumat, 15 Mei 1998 )

SAJAK MATA-MATA ( WS Rendra, Hospital Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978 )

SAJAK MATA-MATA 

Oleh: 
WS Rendra

Ada suara bising di bawah tanah. 
Ada suara gaduh di atas tanah. 
Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah. 
Ada tangis tak menentu di tengah sawah. 
Dan, lho, ini di belakang saya 
ada tentara marah-marah.
Apaa saja yang terjadi? Aku tak tahu.
Aku melihat kilatan-kilatan api berkobar. 
Aku melihat sinyal-sinyal. 
Semua tidak jelas maknanya. 
Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara, 
menggangu pemandanganku.
Apa saja yang terjadi? Aku tak tahu.
Pendengaran dan penglihatan 
menyesakkan perasaan, 
membuat keresahan - 
Ini terjadi karena apa-apa yang terjadi 
terjadi tanpa kutahu telah terjadi. 
Aku tak tahu. Kamu tak tahu. 
Tak ada yang tahu.
Betapa kita akan tahu, 
kalau koran-koran ditekan sensor, 
dan mimbar-mimbar yang bebas telah dikontrol. 
Koran-koran adalah kelanjutan mata kita. 
Kini sudah diganti mata yang resmi. 
Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam. 
Kita hanya diberi gambara model kondisi 
yang sudah dijahit oleh penjahit resmi.
Mata rakyat sudah dicabut. 
Rakyat meraba-raba di dalam kasak-kusuk. 
Mata pemerintah juga diancam bencana. 
Mata pemerintah memakai kacamata hitam. 
Terasing di belakang meja kekuasaan. 
Mata pemerintah yang sejati 
sudah diganti mata-mata.
Barisan mata-mata mahal biayanya. 
Banyak makannya. 
Sulit diaturnya. 
Sedangkan laporannya 
mirp pandangan mata kuda mobil 
yang dibatasi tudung mata.
Dalam pandangan yang kabur, 
semua orang marah-marah. 
Rakyat marah, pemerinta marah, 
semua marah lantara tidak punya mata. 
Semua mata sudah disabotir. 
Mata yangbebas beredar hanyalah mata-mata.

                                                        Hospital Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978  

READ MORE - SAJAK MATA-MATA ( WS Rendra, Hospital Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978 )

SAJAK MATAHARI ( Ws. Rendra, Yogya, 5 Maret 1976 )

SAJAK MATAHARI 

Oleh: 
WS Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku. 
Menyentuh permukaan samodra raya. 
Matahari keluar dari mulutku, 
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku, 
wahai kamu, wanita miskin! 
kakimu terbenam di dalam lumpur. 
Kamu harapkan beras seperempat gantang, 
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!
Satu juta pria gundul 
keluar dari hutan belantara, 
tubuh mereka terbalut lumpur 
dan kepala mereka berkilatan 
memantulkan cahaya matahari. 
Mata mereka menyala 
tubuh mereka menjadi bara 
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah cakra jingga 
yang dilepas tangan Sang Krishna. 
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, 
ya, umat manusia!

                                                                    Yogya, 5 Maret 1976  


READ MORE - SAJAK MATAHARI ( Ws. Rendra, Yogya, 5 Maret 1976 )

SAJAK KENALAN LAMAMU ( Ws. Rendra, Yogyakarta, 21 Juni 1977 )

SAJAK KENALAN LAMAMU
Oleh:   WS Rendra

Kini kita saling berpandangan saudara. 
Ragu-ragu apa pula, 
kita memang pernah bertemu. 
Sambil berdiri di ambang pintu kereta api, 
tergencet oleh penumpang berjubel, 
dari Yogya ke Jakarta, 
aku melihat kamu tidur di kolong bangku,
dengan alas kertas koran, 
sambil memeluk satu anakmu, 
sementara istrimu meneteki bayinya, 
terbaring di sebelahmu. 
Pernah pula kita satu truk, 
duduk di atas kobis-kobis berbau sampah, 
sambil meremasi tetek tengkulak sayur, 
dan lalu sama-sama kaget, 
ketika truk tiba -tiba terhenti 
kerna Distop oleh polisi, 
yang menarik pungutan tidak resmi. 
Ya, saudara, kita sudah sering bertemu, 
kerna sama-sama anak jalan raya. 
.................................
Hidup macam apa ini! 
Orang-orang dipindah kesana ke mari. 
Bukan dari tujuan ke tujuan. 
Tapi dari kondisi ke kondisi yang tanpa perubahan. 
.........................
Kini kita bersandingan, saudara. 
Kamu kenal bau bajuku. 
Jangan kamu ragu-ragu, 
kita memang pernah bertemu. 
Waktu itu hujan rinai. 
Aku menarik sehelai plastik dari tong sampah 
tepat pada waktu kamu juga menariknya. 
Kita saling berpandangan. 
Kamu menggendong anak kecil di punggungmu. 
Aku membuka mulut, 
hendak mengatakan sesuatu ...... 
Tak sempat! 
Lebih dulu tinjumu melayang ke daguku ..... 
Dalam pandangan mata berkunang-kunang, 
aku melihat kamu 
membawa helaian plastik itu 
ke satu gubuk karton. 
Kamu lapiskan ke atap gubugmu, 
dan lalu kamu masuk dengan anakmu ..... 
Sebungkus nasi yang dicuri, 
itulah santapan. 
Kolong kios buku di terminal 
itulah peraduan. 
Ya, saudara-saudara, kita sama-sama kenal ini, 
karena kita anak jadah bangsa yang mulia. 
.................. ....
Hidup macam apa hidup ini. 
Di taman yang gelap orang menjual badan, 
agar mulutnya tersumpal makan. 
Di hotel yang mewah istri guru menjual badan 
agar pantatnya diganjal sedan. 
................. 
Duabelas pasang payudara gemerlapan, 
bertatahkan intan permata di sekitar putingnya . 
Dan di bawah semuanya, 
celana dalam sutra warna kesumba. 
Ya, saudara, 
Kita sama-sama tertawa mengenang ini semua. 
Ragu-ragu apa pula 
kita memang pernah bertemu. 
Kita telah menyaksikan, 
betapa para pembesar 
menjilati selangkang wanita, 
sambil kepalanya diguyur anggur . 
Ya, kita sama-sama germo, 
yang menjahitkan jas di Singapura 
mencat rambut di pangkuan bintang film, 
main golf, main mahyong, 
dan makan kepiting saus tiram di restoran terhormat. 
........... 
Hidup dalam khayalan, 
hidup dalam kenyataan ...... 
tak ada bedanya. 
Kerna khayalan dinyatakan, 
dan kenyataan dikhayalkan, 
di dalam peradaban fatamorgana. 
..........
Ayo, jangan lagi sangsi, 
kamu kenal suara batukku. 
Kamu lihat lagi gayaku meludah di trotoar. 
Ya, memang aku. Temanmu dulu. 
Kita telah sama-sama mencuri mobil ayahmu 
bergiliran meniduri gula-gulanya, 
dan mengintip ibumu main serong 
dengan ajudan ayahmu. 
Kita telah sama-sama beli Morphin dari guru kita. 
Menenggak valium yang disediakan oleh dokter untuk ibumu, 
dan akhirnya menggeletak di emper tiko, 
di samping kere di Malioboro. 
Kita alami semua ini, 
kerna kita putra-putra dewa di dalam masyarakat kita. 
.....
Hidup melayang-layang. 
Selangit, 
melayang-layang. 
Kekuasaan mendukung kita serupa ganja ..... 
meninggi .... Ke awan ...... 
Peraturan dan hukuman, 
kitalah yang empunya. 
Kita tulis dengan keringat di ketiak, 
di atas sol sepatu kita. 
Kitalah gelandangan kaya, 
yang harus meyakinkan diri 
dengan pembunuhan. 
........... 
Saudara-saudara, kita sekarang berjabatan. 
Kini kita bertemu lagi. 
Ya, jangan kamu ragu-ragu, 
kita memang pernah bertemu. 
Bukankah tadi sudah kamu kenal 
betapa derap langkahku?
Kita dulu pernah menyetop lalu lintas, 
membakari mobil-mobil, 
melambaikan poster-poster, 
dan berderap maju, berdemonstrasi. 
Kita telah sama-sama merancang strategi 
di panti pijit dan restoran. 
Dengan arloji emas, 
secara teliti kita susun jadwal waktu. 
bergadang, berkonsultasi di larut kelam, 
sambil mendekap  hostess  di klub malam. 
Kerna begitulah gaya pemuda harapan bangsa.
Politik adalah cara merampok dunia. 
politk adalah cara menggulingkan kekuasaan, 
untuk menikmati giliran berkuasa. 
Politik adalah tangga naiknya tingkat kehidupan. 
dari becak ke taksi, dari taksi ke sedan pribadi 
lalu ke mobil sport, lalu: helikopter! 
Politik adalah festival dan pekan olah raga . 
Politik adalah wadah kegiatan kesenian. 
Dan bila ada orang banyak bacot, 
kita cap ia sok pahlawan. 
.............................
Dimanakah kunang-kunag di malam hari? 
Dimanakah trompah kayu di muka pintu? 
Di hari-hari yang berat, 
aku cari kacamataku, 
dan tidak ketemu. 
..................
Ya, inilah aku ini! 
Jangan lagi sangsi! 
Inilah bau ketiakku. 
Inilah suara batukku. 
Kamu telah menjamahku, 
jangan lagi kamu ragau.
Kita telah sama-sama berdiri di sini, 
melihat bianglala berubah menjadi lidah-lidah api, 
gunung yang kelabu membara, 
kapal terbang pribadi di antara mega-mega meneteskan air mani 
di putar  blue-film  di dalamnya. 
.....................
Kekayaan melimpah. 
Kemiskinan melimpah. 
Darah melimpah. 
Ludah menyembur dan melimpah. 
Waktu melanda dan melimpah. 
Lalu muncullah banjir suara. 
Suara-suara di kolong meja. 
Suara-suara di dalam Lacu. 
Suara-suara di dalam pici. 
Dan akhirnya 
dunia terbakar oleh tatawarna, 
Warna-warna nilon dan plastik. 
Warna-warna seribu warna. 
Tidak luntur semuanya. 
Ya, kita telah sama-sama menjadi saksi 
dari suatu kejadian, 
yang kita tidak tahu apa-apa, 
namun lahir dari perbuatan kita.

                                                                      Yogyakarta, 21 Juni 1977 



READ MORE - SAJAK KENALAN LAMAMU ( Ws. Rendra, Yogyakarta, 21 Juni 1977 )