Ir. Soekarno (6 Juni 1901-21 Juni 1970) adalah Bapak Proklamator Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia juga menjadi Presiden Republik Indonesia Pertama yang menjabat pada periode 1945-1966. Dalam kehidupannya, Soekarno mengalami masa-masa yang pahit. Soekarno pernah dipenjara, akibat pidatonya yang menggugah pihak kolonial sehingga dikenal dengan nama Indonesia Mengguggat. Namun, kejayaan Soekarno berakhir pada era tahun 1960-an, setelah munculnya Gerakan yang menelan korban dari para petinggi AD, kondisi rakyat Indonesia menjadi tidak karuan, keamanan juga tidak tenang. Oleh karena itu, Soekarno mengeluarkan Surat Perintah pada tanggal 11 Maret 1966 yang konon sampai sekarang masih kontroversial.
Setelah jatuh dalam kursi Kepresidenan dan di ganti oleh Soehator, kondisi Soekarno makin tidak karuan, bahkan oleh pemerintahan Soeharto, Soekarno dipenjarakan dalam status tahanan politik dan tidak boleh menerima dan berkunjung kemana pun, apalagi keluarga maupun saudaranya yang ingin menjenguk.
Setelah 4 tahun dikucilkan dan mendekam di wisma Yaso dan bahkan penyakitnya pun tidak kunjung sembuh, maka Soekarno meninggal pada 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya di Blitar, Jawa Timur.
Surat tersebut ditujukan kepada Letjen Soeharto yang isinya untuk mengamankan dan menjaga kewibawaan Soekarno. Akan tetapi, surat tersebut disalahgunakan oleh Soeharto, bahkan dengan surat tersebut Soeharto mengambil langkah-langkah yang tidak sesuai dengan isinya. sehingga kewibawaan Soekarno jatuh akibat dituduhnya Soekarno ikut mendalangi Gerakan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa kata-kata mutiara Bung Karno sang Proklamator :
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan
aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti
dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”.
(Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden
sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan
rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat
suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya
ia dengan kemajuan selangkah pun”.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato
Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan
lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” –
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak
dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963
Bung Karno)
“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan
persaudaraan……”
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949
Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna.
Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai !
Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT
Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu :
“Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ”
Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah
nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah
berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”
(Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita
sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang
mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong
Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu,
dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu
lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua
sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya;
jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu
sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)